Di tengah beragam kasus kekerasan dan kejahatan terhadap anak yang semakin kompleks, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy memberikan penghargaan kepada Susanto Wakil Ketua KPAI, sebagai penulis kolom opini di media cetak terbaik tingkat nasional. Tulisan yang dimuat Republika tanggal 20 Juni 2016, berjudul “Spirit Keluarga Ramah Anak”, dinilai oleh dewan juri memberikan inspirasi dan kontribusi besar bagi penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak, sehingga pantas mendapatkan penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Penghargaan tersebut digelar di Gedung Ki Hadjar Dewantara Kantor Kemendikbud RI, Sabtu (30/7/2016).
Zita Melina salah satu dewan juri, menjelaskan dewan juri menerima hampir 2000 naskah/orang dari pihak panitia Kemedikbud. kemudian, selama tiga hari berturut-turut melakukan seleksi naskah penuh dengan perdebatan antar juri. Adapun dewan juri dalam lomba jurnalistik ini yakni Doni Kesuma merupakan Pengamat Pendidikan, Triadi dari Penggiat Pendidikan, Nani Kasub Bidang di Kemdikbud, Zita dari Redaktur Antara. Kemudian wartawan senior dan editor majalah Kemendikbud Syaifulah Anam
Pria kelahiran Pacitan 5 Mei 1978 ini memang aktif menulis topik seputar pendidikan keluarga dan perlindungan anak di sejumlah media nasional. “Saya sesungguhnya bukan berniat ikut lomba jurnalistik, namun mengingat tulisan saya terkait topik pendidikan keluarga dan perlindungan anak di sejumlah media merasa penting didedikasikan untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI., sehingga tetap dikirim kepada panitia. Apalagi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI membentuk Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga relatif baru, jadi membutuhkan support, sinergi dan kontribusi semua pihak. Saya sangat mengapresiasi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI atas kebijakan kelembagaan baru ini, sehingga dapat menjadi energi positif bagi pendidikan keluarga Indonesia”, jelas Susanto yang juga Ketua Departemen Pengembangan Kebijakan PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah ICMI Pusat Periode 2015-2020.
Keluarga merupakan fondasi awal tumbuh kembang anak. Pola interaksi, sikap, dan perilaku ayah bunda, kakak, kakek, nenek, bahkan pengasuh turut memengaruhi perkembangan anak. Meski vital, tidak semua keluarga Indonesia menjadikan keluarga sebagai laboratorium tumbuh kembang yang ramah anak. Survei Komisi perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, dari 1.026 anak yang disurvei, 38 persen anak mengaku sering mengalami kekerasan oleh ibunya, 35 persen dilakukan oleh ayah, sisanya oleh saudaranya. Menurut Jessor dalam teori problem behavior, terbentuknya perilaku menyimpang pada anak sejatinya dipengaruhi tiga aspek: nilai individual, harapan, dan keyakinan.
“Pola pengasuhan keluarga sangat berpengaruh pada ketiga aspek dimaksud. Jika anak dididik dengan kekerasan, bahkan pola pembiaran, akan berisiko besar membentuk sistem nilai yang diyakini oleh anak. Terkonfirmasi, hasil pengawasan KPAI pada 2015 di tujuh provinsi dengan sampel 134 anak berhadapan dengan hukum (ABH) ditemukan potret kasus berikut: sebagai pelaku pencurian 32 persen, pelaku kekerasan seksual 30 persen, pelaku pembunuhan 21 persen. Kecenderungannya, faktor kondisi keluarga cukup berpengaruh terhadap tingginya tindak pidana oleh anak. Fakta ini meneguhkan betapa keluarga ramah anak sangat dibutuhkan sebagai model ideal performa keluarga masa depan”. Ini merupakan bagian dari tulisan yang mendapat penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.