Komisioner Bidang Trafficking dan Eksploitasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) Ai Maryati Solihah mengatakan, pada usia anak, kejahatan perdagangan manusia (trafficking) dan eksploitasi sangat rentan. Berbagai tindakan dilakukan dengan beragam iming-iming dan bujuk rayu supaya korban memutuskan ikut pada mereka, tak jarang melalui pendekatan keluarga dan teman-teman sebayanya.
Kata Ai, para pelaku rela melepas hak pendidikan, pengasuhan di keluarga bahkan masa-masa bermain yang semestinya ia rasakan demi mengikuti ajakan pekerjaan yang semula dijanjikan. Proses memutus mata rantai ini tidaklah mudah karena perlu pencegahan dan kerja sama seluruh pemangku kepentingan dalam mengawasi perkembangan mutakhir trafficking yang menyasar anak-anak ini.
“Dari pola sedemikianan kuatnya trafficking pada anak-anak, maka pada kasus ini merupakan momentum pemerintah untuk mengembalikan masa depan anak-anak ini dalam upaya pemenuhan hak anak sebagaimana UU No 35/2014 tentang Perlindungan Anak,” kata Ai dalam siaran persnya, Sabtu (9/9/2017).
Tanggan ini disampaikan Ai, usai terjadinya peristiwa eksploitasi anak di bawah umur oleh seorang oknum Tokoh agama (Biksu) di Batam yang disertai kejahatan seksual menuai banyak kecaman. Dari hasil pengawasan, KPAI memandang sudah saatnya seluruh pihak tidak memberikan ruang dan toleransi kepada pelaku kejahatan seksual.
Seperti diketahui peristiwa terjadi pada bulan Agustus 2017, Paguyuban Sunda Batam menampung lima anak yang bekerja di Vihara, dua anak laki-laki dan tiga anak perempuan yang sebelumnya mengaku sudah diperkosa oleh oknum Biksu tersebut.
“Dalam mengembalikan masa depan mereka hendaknya proses reintegrasi anak-anak ini dioptimalkan oleh pemerintah melalui proses pemulihan dan inklusi sosial dan ekonomi setelah pengalaman Trafficking agar korban menjalani arah kehidupan sejalan dengan pemulihan mereka dan move on (melanjutkan) hidup dan melupakan peristiwa buruk tersebut,” tukas dia.
Kata Ai, pada usia anak proses reintegrasi sangat menentukan sejauh mana anak ini kembali merajut asa dan memiliki semangat hidup lebih baik di masa yang akan datang.