Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan kekerasan di sekolah masih menjadi persoalan yang serius. Menurut KPAI masalah tersebut bisa diatasi jika pemimpin negara memiliki visi terukur dalam program pendidikan.
“Kemajuan yang pesat di Eropa dan Amerika, karena Presiden sangat concern terhadap pendidikan. Tentunya, bukan presiden yang hanya mereproduksi dari konsep sebelumnya, tetapi benar-benar memiliki visi besar, langkah besar dan dedikasi besar dalam pendidikan. Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang seperti itu,” kata Komisioner KPAI Susanto, dalam rilis yang diterima detikcom, Rabu (26/3/2014).
Susanto mengungkapkan hasil pengawasan KPAI menunjukan kekerasan di sekolah terjadi dalam berbagai bentuk, mulai kekerasan fisik, sosial-emosional, psikis, bahkan kekerasan seksual. Kekerasan ini bukan hanya di sekolah umum, tetapi juga sekolah berbasis agama. Faktor penyebabnya cukup variatif, mulai dari persepsi guru terhadap siswa yang bias, budaya punishment lebih menonjol daripada rewards, aturan sekolah yang kaku, pilihan pola pendisiplinan yang kurang tepat, paradigma persekolahan lebih menonjol daripada paradigma pendidikan.
“Relasi guru siswa yang kurang bersahabat, relasi siswa dengan siswa serta relasi senior dan junior yang timpang. Ditambah lagi, sistem evaluasi belajar akhir yang belum sepenuhnya mengakomodasi multi kecerdasan siswa,” ucap Susanto.
Menurutnya untuk mencegah secara sistemik kekerasan di sekolah, dibutuhkan sistem perlindungan anak dari kekerasan di lingkungan pendidikan yang memadai. Melihat kondisi tersebut, KPAI melihat bahwa Indonesia membutuhkan presiden yang memiliki konsep besar dan langkah besar dalam pendidikan.
“Rasanya sangat naif Indonesia mampu mewujudkan sekolah ramah anak, jika partai dalam rekrutmen presiden hanya mengandalkan popularitas, tanpa memperhatikan konsep yang diusung,” tutup Susanto.
saya cukup prihatin terhadap kekerasan seksual terhadap anak akhir2 ini.saya harap pemerintah dapat tegas dan memberikan hukuman yg seberat2nya terhadap pelaku kejahatan agar menjadi pelajaran terhadap para pelaku lain dan perlu dukungan dan peran dari masyarakat agar ikut membantu mengawasi dan bersikap kritis terhadap lingkungan terutama lingkungan anak dibawah umur