Ranjau yang di tanamkan di perbatasan Bangladesh kembali menjadi kisah memilukan tragedi kemanusiaan di Myanmar. Kesengajaan pihak pemerintahan Myanmar menaruh bom ranjau mengakibatkan anak dan keluarganya menjadi korban
Karena itu Jasra Putra, Komisoner Bidang Hak Sipil dan Partisipasi Anak meminta pemerintah dan lembaga terkait seperti ASEAN, PBB, Aktifis HAM. Segera mengingatkan Pemerintah Myanmar akan konsensus internasional tentang hak anak anak dan perempuan.
“Sudah saatnya keterlibatan dunia internasional untuk mengawal para pengungsi untuk aman,” jelasnya melalui pers rilis kepada Majalahayah.com, Jakarta, Rabu (6/9/2017).
Baginya kejadian ini sangat mengerikan karena banyaknya anak-anak dan perempuan yang menjadi korban. Padahal seharusnya jalur anak-anak dan perempuan steril dari ancaman senjata mematikan.
“Seharusnya tempat tempat rawan yang dilalui anak dan perempuan steril, kenyataannya jusru anak anak dan perempuan jadi mortir peledakan bom ranjau. Tentu sangat mengerikan,” ungkapnya dengan miris.
Dirinya bahkan menyatakan sudah terjadi pelanggaran HAM berat atas kasus tersebut. “Dengan kejadian tersebut telah terjadi pelanggaran HAM Berat oleh pemerintah Myanmar dengan menanamkan bom ranjau ditempat penyeberangan antar negara,” paparnya.
Untuk itu KPAI sendiri engingatkan bahwa pentingnya memperhatikan anak dan perempuan. Karena merekalah yang akan terkena dampak terberat.
“Pemerintah, ASEAN, PBB diharapkan punya sikap jelas dan tegas terhadap kondisi yang makin buruk ini, dengan mendorong entitas kemanusiaan dan aktifis HAM di Myanmar untuk segera bertindak,” pungkasnya.
Sebelumnya, penjaga perbatasan Bangladesh, Manzurul Hassan Khan, menyebut ada dua ledakan yang terdengar di wilayah Myanmar, dekat Bangladesh pada Selasa (5/9) waktu setempat. Dua ledakan lainnya terdengar di area yang sama pada Senin (4/9) waktu setempat.
Pemicu ledakan itu belum diketahui pasti. Namun otoritas Bangladesh meyakini ledakan berasal dari ranjau. Sedikitnya tiga pengungsi Rohingya, termasuk dua anak-anak, mengalami luka-luka akibat ledakan itu. Salah satu dari mereka bahkan harus kehilangan kaki akibat ledakan itu.