DEPOK – Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel, mengatakan, aksi duel ala Gladiator para siswa SMP di Bogor dengan akibat satu orang dinyatakan tewas beberapa waktu lalu, memberikan kesan bahwa kedua pihak sengaja melakukan perkelahian satu lawan satu.
Kepada Warta Kota, Rabu (29/11/2017), Reza menuturkan, KPAI, melalui rilisnya, menyebut peristiwa tersebut sebagai adu kekebalan dan tarung adu gladiator. Hal ini, menurutnya, mengesankan kedua pihak bersengaja atau berencana melakukan perkelahian satu lawan satu.
“Karenanya sebutan ‘pelaku’ dan ‘korban’ bisa dikenakan secara definitif. Sampai di situ, kasus ini tampaknya pidana,” ujar Reza
Pada sisi lain, kata dia, kedua pihak dalam situasi duel ala Gladiator siswa SMP itu, dipastikan tahu persis bahwa risiko yang dihadapi ialah membunuh atau dibunuh.
“Nalar dasarnya, ketimbang dibunuh, lebih baik membunuh. Membunuh sebagai bentuk pembelaan diri, tidak dipidana. Pertanyaannya lagi, dengan narasi pembelaan diri sedemikian rupa, sedefinitif apakah sebutan ‘pelaku’ dan ‘korban’ bisa dikenakan pada anak-anak tersebut?” ujar Reza.
Sebelumnya diberitakan bahwa perkelahian antarsiswa atau duel maut ala gladiator kembali terjadi di Bogor, yakni di sebuah lapangan Desa Gobang, Kampung Leuwi Halang, Rumpin, Kabupaten Bogor Jumat (24/11) sekitar pukul 16.30 WIB.
Duel maut yang melibatkan enam siswa SMP swasta itu memakan korban jiwa, yakni ARS (16 tahun).
Ketua KPAI, Susanto, menduga kuat pertarungan antardua sekolah ini sudah direncanakan, baik terkait lokasi perkelahian maupun waktunya.
“Pelaku dan saksi, menurut polisi menyebutnya sebagai adu ilmu kebal,” ujar Susanto melalui rilisnya, Senin (27/11/2017). ARS siswa yang dianggap tidak memiliki kekebalan meninggal.
ARS diduga meninggal karena kehabisan darah akibat luka tusukan benda tajam,sehingga mengakibatkan sobek pada pinggul, lengan kanan sebelah atas, dan tangan kanan sebelah bawah.