Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda merespons kasus kekerasan siswa di SD Trisula Perwari Bukittinggi, Sumatera Barat.
Dia menyebutkan, kondisi saat ini sudah masuk kategori darurat kekerasan anak di lingkungan sekolah.
“Ini jeweran bagi pemerintah. Ada kegagalan dalam dunia pendidikan dan sistem perlindungan anak,” katanya di Jakarta kemarin. Dia menyatakan, kekerasan anak di lingkungan pendidikan semakin banyak. Selain itu, lokasi kejadian meluas atau menyebar.
Erlinda juga menjelaskan, kekerasan anak di lingkungan sekolah semakin kompleks. Jika umumnya kekerasan oleh guru kepada siswa, kini terjadi sesama siswa.
“Selain itu, kasus bully ini dilakukan anak SD, yang seharusnya ditanamkan pendidikan karakter,” ujarnya.
Dia menegaskan, KPAI sama sekali tidak menerima kasus itu. KPAI sudah membuat proposal perbaikan pendidikan. Dalam proposal tersebut, pendidikan dijalankan dengan semangat ramah anak. “Usulan proposal ini akan dimasukkan ke jajaran pemerintah baru,” ujarnya.
Terkait dengan kasus kekerasan itu, KPAI sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bukittinggi. Tujuannya, antara lain, mencari tahu siapa yang menyebar video kekerasan anak tersebut di internet.
Menurut sejumlah keterangan, perilaku kasar bahkan cenderung sadis para siswa itu dipengaruhi tayangan televisi dan game online yang umumnya bergenre kekerasan.
Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Hamid Muhammad membenarkan dugaan bahwa perilaku kekerasan siswa SD di Bukittinggi itu disebabkan game. “Game kekerasan yang aslinya untuk dewasa atau remaja di Indonesia juga dimainkan anak-anak,” katanya setelah pengumuman juara Lomba Penelitian Ilmiah Remaja di Serpong tadi malam.
Hamid mengatakan, apa pun alasannya, Kemendikbud menyesalkan kejadian itu. “Dulu, umumnya kekerasan atau bullying ada di SMA atau SMK, sekarang sudah terjadi di SD. Saya prihatin sekali. Ini sudah lampu merah,” ucap dia.
Seperti diketahui, video aksi kekerasan yang dilakukan sejumlah siswa SD menghebohkan dunia maya di daerah Bukittinggi. Hal itu berdasar pernyataan dari akun Facebook bernama Fahri Akbar Tanjung.
Dalam video berdurasi 1 menit 53 detik tersebut, terlihat beberapa siswa sekolah dasar yang memakai seragam lengkap merah dan putih sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Namun, sebagian dari mereka, terutama yang berjenis kelamin laki-laki, terlihat sibuk memukuli siswi di sudut ruangan kelas. Siswi itu juga tidak melawan saat teman-teman sekelasnya memukul, bahkan menendangnya bertubi-tubi.
Siswi yang menjadi korban pemukulan tersebut terlihat meringis kesakitan dan menangis di sudut ruangan. Tidak ada seorang pun di antara teman-temannya yang berusaha menolong.
Sementara itu, siswa yang memukul dan menendang tampak dengan bangganya bergaya di depan kamera yang merekam aksi tidak pantas tersebut. Bahkan, ada yang mengacungkan jari tengah.
Wakil Ketua DPR Agus Hermanto meminta kasus kekerasan yang dilakukan sejumlah siswa SD di Bukittinggi itu diusut tuntas. Dia mendesak pihak terkait segera merespons peristiwa memprihatinkan tersebut.
“Secara internal, sekolahnya harus mengusut tuntas dengan seadil-adilnya,” ucap Agus di kompleks gedung parlemen, Jakarta, kemarin (13/10).
Agus melanjutkan, respons yang dilakukan jangan berhenti pada pengusutan pelaku dan penyebab kasus kekerasan itu. Dia berharap pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat menentukan formula solusi agar tidak terjadi kasus serupa
Saya setuju dengan mas heri mengenai INTROPEKSI. Pada kasus ini, semua anak2 yang terlibat di kejadian ini adalah korban. Karena disini anak2 tdk bisa disalahkan, Jd yang di yang harus diusut dan disalahkan itu adalah Kemendikbud termasuk pihak2 sekolah, dan yang paling utama adalah para orang tua. Dan untuk KPAI untuk lebih bisa melihat akar permasalahanya, kekerasan terjadi pada anak, dari orang lain ke anak, atau dari anak ke anak, itu sudah ada sejak dulu, saya sendiri menyaksikan, tahun 80an saya masuk SD, saya menyaksikan bagaimana kekerasan ini berlangsung, Guru nampar murid, Murid mukul murid. Makanya saya setuju pendapat mas… Selengkapnya
tudingan kepada game atau film bergenre kekerasan sebagai penyebab timbulnya kasus demikian “improper”, karena pengaruhnya lebih ke arah “teknis”. Mengapa tidak mendahulukan introspeksi dengan melihat apa yang dilakukan selama ini untuk penanaman nilai-nilai moral dan mental pada anak ?, … kaidah sosial baik skala lokal maupun universal yang harus diindahkan ?
Sudah kecenderungan umum bahwa pihak yang terkait policy maker, keluarga, lingkungan sekitar) malah mencari-cari pembenaran atas argumen sepihaknya, mengkambinghitamkan objek/pihak lain, tanpa memperhitungkan bahwa setiap pendapat tidaklah mutlak kebenarannya karena butuh dan saling pengaruh dengan komponen atau aspeklainnya.
Sy sudah tidak bisa berkata apa2 lagi tentang rusaknya moral bangsa ini. dulu sewaktu kecil, sy seringkali mendengar istilah “MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI”. Kasus bully ini sudah sangat, sangat dan sangat seringkali terjadi. harusnya pihak berwajib beserta kepala dinas pendidikan sering melakukan sosialisasi ke semua sekolah, agar para guru dan kepala sekolah lebih sering lagi mengawasi anak didiknya, kalau perlu pihak sekolah WAJIB HUKUMNYA menyertai ancaman, yg membuat siswa takut untuk melakukan aksi bully ini. Tapi tidak ada AKSI NYATA atas kasus ini, terus terjadi dikarenakan tidak adanya sanksi tegas kepada pelaku dan pihak sekolah. Sayangnya “REVOLUSI MENTAL”… Selengkapnya