Jakarta,- Dalam pengawasannya terhadap pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG), KPAI menemukan beberapa kendala, seperti keterlambatan distribusi makanan yang mengakibatkan banyak makanan harus dikembalikan karena siswa sudah mulai makan lebih awal. Selain itu, ada beberapa siswa yang mengalami alergi terhadap jenis makanan tertentu, sehingga guru perlu lebih peka dalam mengganti menu dengan yang lebih sesuai dan bergizi.
Saat ini, program ini baru diterapkan di 41 Sekolah dan 17 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). KPAI berharap Pemerintah dapat terus mengembangkan dan memperluas cakupan program ini, agar semua anak, terutama yang berada di daerah dengan keterbatasan akses, dapat memperoleh gizi yang cukup untuk mendukung tumbuh kembang mereka.KPAI juga mendorong percepatan implementasi program MBG di Jakarta agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh semua anak.
Pengawasan program MBG yang dilakukan KPAI di beberapa Sekolah, diantaranya di MI Assa’adiyah Attahiriyah Jakarta Timur, SMAN 58 Jakarta Timur, PKBM Negeri 31 Jakarta Selatan dan SMPN 124 Jakarta Selatan pada, 22-23 Januari 2025. Wakil Ketua KPAI Jasra Putra yang mengunjungi salah satu Sekolah di Jakarta, menyatakan apresiasinya terhadap program Makanan Bergizi Gratis yang digagas oleh pemerintah. Namun, ia juga menekankan pentingnya pengawasan ketat tetap diperlukan untuk memastikan makanan yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi anak-anak dan tidak menghadapi masalah dalam distribusi atau kualitas yang dapat mengurangi efektivitas program ini.
Lebih lanjut, Jasra berharap agar siswa dapat menyuarakan pendapat mereka tentang program ini, termasuk jika ada kekurangan atau kendala yang mereka alami. “Suara anak dilindungi oleh hukum sesuai dengan Undang-Undang, jadi mereka tidak perlu takut untuk berbicara,” ujar Jasra.
Pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai pada 6 Januari 2025, menjadi salah satu program unggulan Presiden Prabowo dengan fokus pada jutaan anak dan ibu hamil. Tujuang utama dari program ini adalah untuk meningkatkan status gizi masyarakat serta memastikan pemerataan akses pangan bergizi di seluruh Indonesia. KPAI, dalam pemantauannya di beberapa sekolah di Jakarta, menyoroti beberapa kendala serta dampak positif dari implementasi program ini untuk memastikan keberlanjutannya demi terciptanya generasi emas Indonesia.
Program MBG juga memberikan dampak positif, seperti membangun kebersamaan di antara siswa yang sebelumnya mungkin tidak bisa makan bersama. Selain itu, program ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menciptakan generasi emas Indonesia 2045 dengan meningkatkan status gizi anak sejak dini.
Anggota KPAI, Aris Adi Leksono, menambahkan bahwa meskipun terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan program ini, pihaknya tetap optimis bahwa dengan koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, sekolah, dan pihak terkait lainnya, program MBG dapat berjalan lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang anak-anak.
Pentingnya peningkatan koordinasi antara pihak sekolah, penyedia makanan, dan dinas terkait juga ditekankan untuk memastikan kelancaran distribusi makanan. Selain itu, perlunya pendataan anak yang memiliki alergi atau kebutuhan khusus agar menu yang disediakan sesuai dengan kondisi kesehatan mereka.
Suyati, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Assa’adiyah Attahiriyah, menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas program MBG yang telah meringankan beban orang tua dalam menyiapkan makanan setiap hari. Ia berharap program ini terus berlanjut dan bahwa Sekolah akan terus memantau kondisi anak melalui pengukuran tumbuh kembang secara berkala, seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, untuk melihat sejauh mana program ini efektif dalam meningkatkan status gizi anak-anak. (Ed:Kn)
Media Kontak Humas KPAI,
Email : humas@kpai.go.id
WA. 0811 1002 7727